
Samarinda – Hasil uji coba penanaman padi dengan menerapkan sistem Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mampu mendongkrak produktivitas panen padi dari sebelumnya 3,6 ton per hektare menjadi 6,2 ton per hektare.
“Sistem ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan pangan di daerah, termasuk untuk mengendalikan inflasi di Kaltim,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim Budi Widihartanto di Samarinda, Minggu (14/9).
Ia mengatakan, BI Kaltim sebagai pendorong uji coba penerapan sistem LEISA, dengan hasil yang dicapai, cukup senang, karena hasil uji coba yang diterapkan di Kelurahan Bukit Biru, Kabupaten Kutai Kartanegara, menunjukkan adanya peningkatan signifikan, yakni sekitar 74 persen.
Menurutnya, dengan produksi padi yang meningkat diproyeksikan suplai bahan pokok bakal terpenuhi dari lokal sekaligus para petani bisa meningkat kesejahteraannya. Di sisi lain penerapan sistem LEISA berarti akan terjadi transformasi modernisasi pertanian dengan biaya produksi lebih efisien dan produktivitas lebih meningkat.
Dikemukakannya bahwa ke depan lebih optimistis laju inflasi terjaga baik untuk jangka menengah maupun panjang, karena ada kepastian suplai bahan pokok dari lokal.
Ia mengatakan terdapat dua kelompok tani yang dilibatkan dalam uji coba ini, yakni Gapoktan Citarum dan Gapoktan Sukamaju. Masing-masing memperoleh hasil panen 5,3 ton GKG per hektare dan 7,23 ton GKG per hektare, sehingga rata-rata sebanyak 6,2 ton GKG per hektare.
“BI Kaltim telah melakukan program serupa di beberapa kabupaten/kota di Kaltim seperti di Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Timur, Kutai Barat, Kubar, dan Kabupaten Mahakam Ulu,” katanya.
Lanjutnya program ini menjadi bagian dari dukungan BI terhadap Asta Cita Swasembada Pangan secara nasional yang diterapkan di daerah-daerah potensial, salah satunya di Kaltim, yakni dengan menggandeng pemerintah daerah, forum koordinasi pimpinan, hingga pelibatan perguruan tinggi.
Kemudian, sebagai bentuk dukungan nyata, BI Kaltim pun menyalurkan bantuan seperti alat pertanian modern kepada kelompok tani binaan. Bantuan tersebut meliputi drone sprayer, smart farming tools, sumur bor, hingga kandang sapi yang diarahkan untuk pertanian terintegrasi.
“Kami sudah menginisiasi panen pertama pada Mei 2025, yang kedua September ini, dan akan terus berlanjut. Melalui kolaborasi bersama pemerintah dan perguruan tinggi, kami kita yakin swasembada pangan Kaltim bisa tercapai. Kami berharap program ini bisa menjadi inspirasi bagi pihak terkait untuk memperluas dukungan fiskal kepada petani,” kata Budi. (Gof)