Kaltim komitmen tingkatkan layanan urologi di RSUD adopsi dari AS

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin bersama Profesor Michael Grasso dan Doktor Mitchell Fraiman. didampingi oleh dokter ahli urologi Indonesia, Dokter Boyke Soebhali dan Dokter Ricky Agave. (Foto;Fan)

Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan, khususnya di bidang urologi, dengan mengadopsi teknologi urologi berstandar Amerika Serikat.

Inisiatif ini diwujudkan melalui lokakarya internasional Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS), sebuah metode canggih dalam penanganan batu ginjal, yang diselenggarakan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada 18-19 Juni 2025.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, menjelaskan bahwa lokakarya ini bertujuan untuk mempercepat adopsi RIRS, sebuah prosedur minimal invasif yang merevolusi penanganan batu ginjal dan masalah pada saluran kemih atas.

Dalam RIRS, urolog menggunakan ureteroskop fleksibel yang dimasukkan melalui saluran kemih untuk mencapai lokasi batu ginjal, lalu menghancurkannya menggunakan laser.

Metode ini menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan prosedur konvensional seperti PCNL (percutaneous nephrolithotomy). RIRS tidak memerlukan sayatan, sehingga meminimalkan risiko infeksi dan komplikasi, serta mempercepat waktu pemulihan pasien.

Keuntungan ini sangat signifikan terutama untuk batu berukuran kecil hingga sedang, memungkinkan pasien untuk pulih lebih cepat dengan morbiditas yang lebih rendah.

Untuk memastikan transfer pengetahuan yang optimal, lokakarya ini menghadirkan langsung pakar RIRS dari Amerika Serikat: Profesor Michael Grasso dan Doktor Mitchell Fraiman. Mereka didampingi oleh dokter ahli urologi Indonesia, Dokter Boyke Soebhali dan Dokter Ricky Agave.

Sebanyak delapan dokter spesialis urologi dari berbagai kota di Indonesia, termasuk Balikpapan, Samarinda, Sangatta, Tenggarong, Bandung, Surabaya, dan Bali, turut serta sebagai peserta.

Jaya Mualimin berharap lokakarya ini dapat meningkatkan kompetensi multidisiplin para peserta melalui kombinasi pembelajaran teoritis, pelatihan praktis, dan pertukaran pengetahuan berbasis bukti. “Kami berharap lokakarya ini berjalan lancar dan dapat menularkan ilmu kepada dokter urologi lainnya,” ujarnya.

Plt Direktur RSUD AW Sjahranie, Indah Purpita Sari, mengakui bahwa adopsi RIRS masih menghadapi beberapa tantangan, termasuk variasi anatomi pasien, risiko komplikasi, serta kebutuhan akan keahlian teknis tinggi dan ketersediaan teknologi canggih. Survei oleh European Association of Urology (EAU) bahkan menunjukkan bahwa kurangnya ketersediaan teknologi menjadi penghalang utama adopsi perkembangan terbaru pada RIRS.

Meskipun demikian, Indah Purpita Sari optimis bahwa pertukaran ilmu ini akan signifikan meningkatkan layanan urologi di Kaltim. “Setelah pelatihan ini, kami optimis tidak hanya dokter urologi di RSUD AW Sjahranie, tetapi seluruh Indonesia bisa mengaplikasikan dan menularkan teknologi ini di rumah sakit masing-masing,” ucap Indah.

Ia juga menyatakan harapannya agar melalui lokakarya ini, RSUD AW Sjahranie dapat mencapai layanan urologi paripurna, terutama dengan potensi penambahan transplantasi ginjal menggunakan metode RIRS sebagai metode baru.

Adopsi teknologi urologi ala AS ini menjadi langkah maju Pemprov Kaltim dalam menghadirkan layanan kesehatan kelas dunia bagi masyarakatnya. (Adv/Diskominfo Kaltim)

Loading

Solverwp- WordPress Theme and Plugin