
Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Diskdikbud) mengajarkan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengembangkan kemiri sunan sebagai sumber hulu Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Misalkan kami di bidang SMK itu telah menginisiasi menanam kemiri sunan, di mana minyaknya itu sebagai bahan baku biodiesel,” kata Kabid Pembinaan SMK Diskdikbud Kaltim Surasa di Samarinda, Senin.
Surasa menjelaskan SMK memiliki peran komprehensif dari hulu sampai hilir dalam isu transisi energi. Penanaman kemiri sunan ini menjadi salah satu opsi konkret EBT yang diinisiasi dari dunia pendidikan. Namun, ia menegaskan proses hilirisasi hingga menjadi biodiesel memerlukan kolaborasi lintas sektor.
“Tentu sampai dengan hilirisasi ke biodiesel, diperlukan stakeholder pendidikan, bukan hanya Dinas Pendidikan, tapi para pihak termasuk pelaku industri,” ujarnya.
Kolaborasi ini penting agar langkah Diskdikbud Kaltim dapat dilanjutkan bersama para pemangku kepentingan. Ia menyebut upaya bersama ini adalah menjaga lingkungan sekaligus memberikan manfaat ekonomi berkesinambungan.
“Salah satunya ya melalui biodiesel yang bersumber dari kemiri sunan,” tambah Surasa lagi.
Lebih jauh, ia memaparkan manfaat hulu penanaman pohon bukan hanya pada buahnya, tetapi juga kontribusinya terhadap perbaikan iklim.
Surasa mencontohkan, pohon yang telah berumur memiliki nilai ekonomi dari kemampuannya menghasilkan oksigen. “Itu kan juga bagian dari kita warga masyarakat menjaga transisi energi,” katanya.
Langkah ini selaras dengan kebijakan Pemprov Kaltim yang telah lama menggalakkan program penghijauan. Sementara itu, pada sisi hilir penyiapan sumber daya manusia, Surasa mengakui tantangan minimnya klasifikasi jabatan pekerjaan hijau (green jobs).
Untuk mengatasi kesenjangan adaptasi kurikulum dengan kebutuhan industri yang cepat berubah, SMK Kaltim kini fokus menyiapkan “mikro kredensial” bagi siswa.
“Mikro kredensial itu kita mengharapkan anak-anak bisa memiliki keterampilan fokus kepada sub bidang usaha tertentu,” jelasnya.
Konsep ini memungkinkan siswa menguasai satu unit kompetensi secara mendalam, seperti spesialisasi baterai pada industri motor listrik.
“Langkah ini kami yakini mampu menjembatani kebutuhan industri hijau yang dinamis dengan lulusan vokasi yang kompeten,” demikian Surasa. (Fan)
 
 
								 
								 
         
         
         
         
        